Berkomentar Queisha Pada Buku Pemenang Man Booker Prize 2016

Syahdan, suatu sore yang basah di akhir pekan saya merebahkan diri di sofa ruang keluarga sembari menghadapi flu berat. Namun rasa pening di kepala dan ingus yang terus menetes tak mampu menghalangi saya untuk menuntaskan membaca Vegetarian, novel pemenang Man Booker Prize 2016. Tak berapa lama, novel karangan Han Kang itu pun selesai saya baca. Bagi saya pribadi, Han Kang sukses menarasikan ketidaksukaan Yeong-Hye terhadap bra dibandingkan kondisi seorang penderita skizofrenia ataupun pergulatan batin kakak Yeong-Hye ketika mendapati suaminya berselingkuh dengan adik kandungnya sendiri.

Keanggunan sampul novel terbitan penerbit baca ini rupanya menarik perhatian kedua keponakan saya yang masing-masing masih duduk di bangku  kelas 2 dan kelas 5 sekolah dasar. Mereka menghampiri tantenya yang librocubicularist itu, lantas Evis–si sulung–bertanya,

“Itu ceritanya tentang apa to, Tante? Kok tebel banget!.”, katanya dengan bahasa Indonesia beraksen medok Jogja

Sulit rasanya untuk menyampaikan secara sederhana kepada siswa-siswi SD Kanisius Demangan Baru ini perihal apa dan bagaimana skizofrenia yang dialami Yong-Hye beserta tekanan batin yang dialami oleh kakaknya. Bagaimana saya menjelaskan novel berjudul Vegetarian, namun sama sekali tidak menceritakan kehidupan seorang vegetarian itu pada mereka?

Saya pun memutuskan untuk menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang bermimpi melihat potongan-potongan tubuh dan darah. Ketika perempuan itu melihat genangan darah, ia menemukan bayangan wajahnya sendiri. Ia merasa seakan dirinya telah menjadi pembunuh. Lantas ketika  ia bangun dari mimpi, ia memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian karena trauma. Setiap ia melihat daging dan darah, ia selalu teringat pada  mimpinya.

“Ih, ngapain nggak makan daging, lha wong Olive* masih enak!”, tukas Que sambil berlalu menuju tumpukan squishy koleksinya.

 

*Salah satu merk waralaba ayam goreng crispy